4 Ciri Orang Terdidik yang Harus Dimiliki Kader Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr dr Sukadiono menyebut kader-kader Muhammadiyah harus menjadi kader yang terdidik, yang bisa menyikapi segala hal dan permasalahan dengan bijak.
Hal itu dia sampaikan ketika menyampaikan sambutan dan arahan dalam Rapat Kerja Pimpinan (Rakerda) II PDM Bangkalan yang digelar di Prigen, Pasuruan pada Sabtu (8/6/2024).
Menurut pria yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu, terdapat setidaknya 4 faktor yang menjadi ciri-ciri orang yang terdidik (well educated).
"Pertama bisa dilihat dari bagaimana cara pandang ketika dihadapkan pada persoalan atau permasalahan," ujarnya.
Orang yang terdidik, kata dokter Suko (panggilan akrabnya), akan berpikir how to solve the problem (bagaimana menyelesaikan permasalahan). Bukan justru bertindak yang malah menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan lainnya (create the new problem).
"Kedua, kader yang terdidik, orang yang terdidik itu harus taat pada aturan. Kalau dalam konteks organisasi kan hirarkis, ada strukturnya, jadi missal PP sudah memutuskan, sudah menginstruksikan sesuatu, ya sebagai orang terdidik harus taat pada aturan itu, sami'na wa atho'na," kata dia.
Hal itu dia sampaikan ketika menyampaikan sambutan dan arahan dalam Rapat Kerja Pimpinan (Rakerda) II PDM Bangkalan yang digelar di Prigen, Pasuruan pada Sabtu (8/6/2024).
Menurut pria yang juga Rektor Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya itu, terdapat setidaknya 4 faktor yang menjadi ciri-ciri orang yang terdidik (well educated).
"Pertama bisa dilihat dari bagaimana cara pandang ketika dihadapkan pada persoalan atau permasalahan," ujarnya.
Orang yang terdidik, kata dokter Suko (panggilan akrabnya), akan berpikir how to solve the problem (bagaimana menyelesaikan permasalahan). Bukan justru bertindak yang malah menyebabkan munculnya permasalahan-permasalahan lainnya (create the new problem).
"Kedua, kader yang terdidik, orang yang terdidik itu harus taat pada aturan. Kalau dalam konteks organisasi kan hirarkis, ada strukturnya, jadi missal PP sudah memutuskan, sudah menginstruksikan sesuatu, ya sebagai orang terdidik harus taat pada aturan itu, sami'na wa atho'na," kata dia.
"Ketiga, ciri orang terdidik itu efisien. Dalam hal apapun, termasuk tenaga, termasuk anggaran. Bagaimana penganggaran untuk pengelolaan organisasi itu bisa efisien dan efektif," imbuh dokter Suko.
Ciri-ciri keempat, lanjut dokter Suko, adalah disiplin. Menurut dia, teologi Al-Ashr harus betul-betul terinternalisasi dan diterapkan kader-kader Persyarikatan. Sebab hal itu menjadi salah satu faktor yang juga memengaruhi perkembangan dan kemajuan, serta baik atau tidaknya pengelolaan sebuah organisasi.
Ciri-ciri keempat, lanjut dokter Suko, adalah disiplin. Menurut dia, teologi Al-Ashr harus betul-betul terinternalisasi dan diterapkan kader-kader Persyarikatan. Sebab hal itu menjadi salah satu faktor yang juga memengaruhi perkembangan dan kemajuan, serta baik atau tidaknya pengelolaan sebuah organisasi.
"Hal kecil misalnya, ini tadi acara dimulai tepat waktu, pesertanya datang semua dan sama juga tepat waktu, forumnya berjalan tertib, ada argumen-argumen tapi juga tertib, ini kan juga bagian dari disiplin," kelakarnya.
Lebih lanjut, dokter Suko menyebut keempat ciri-ciri tersebut sudah dicontohkan oleh para pimpinan Persyarikatan. Misalnya ketika ramai-ramai soal izin pengelolaan tambang kepada ormas keagamaan yang diberikan oleh pemerintah.
"Muhammadiyah itu kan gak grusa-grusu (tidak terburu-buru), ditawari tambang juga begitu, sabar, jangan grusa-grusu (terburu-buru), dipikirkan dulu matang-matang. Bagaimana dampaknya, apa kita punya ahlinya, bagaimana mengelolanya, sistemnya, dan sebagainya. Gak gupuh (tidak tergesa-gesa) langsung menerima begitu saja," tandasnya.
Lebih lanjut, dokter Suko menyebut keempat ciri-ciri tersebut sudah dicontohkan oleh para pimpinan Persyarikatan. Misalnya ketika ramai-ramai soal izin pengelolaan tambang kepada ormas keagamaan yang diberikan oleh pemerintah.
"Muhammadiyah itu kan gak grusa-grusu (tidak terburu-buru), ditawari tambang juga begitu, sabar, jangan grusa-grusu (terburu-buru), dipikirkan dulu matang-matang. Bagaimana dampaknya, apa kita punya ahlinya, bagaimana mengelolanya, sistemnya, dan sebagainya. Gak gupuh (tidak tergesa-gesa) langsung menerima begitu saja," tandasnya.
No comments
Silakan beri komentar